"Tawa itu penuh duka namun terlihat utuh Senyum itu penuh luka namun terasa ikhlas kau sembunyikan luka hatimu meski ia meronta ingin di bebaskan kau redam amarahmu meski ia berontak ingin didengarkan kau menahan tangismu meski ia menggenang di matamu kau terlalu merasa begitu kuat kau membenci air matamu sendiri kau menyesalinya setiap kali ia terasa di pipimu berulang dan terulang lagi"
Tak ia temukan cara untuk berdamai Tak ia temukan alasan untuk berhenti Tak jua bisa ia menghentikannya Luka itu mungkin terlalu dalam Mungkin terlalu tak bisa hatinya menerimanya Ia tak bisa ikhlas Ia sulit memaafkan Bukan dendam Bukan dengki Hatinya hanya terlalu lemah untuk menjadi kuat Ia terlalu rapuh untuk jadi kokoh Ia tak mampu Ia sungguh tak mampu menerima luka itu Baginya terlalu berat Hatinya hancur berkeping-keping Tak ia temukan cara memperbaikinya Ia rapuh, se-rapuh-rapuhnya